Eugene Kangawa dan Cahaya yang Melukis Dirinya Sendiri

Eugene Kangawa adalah seniman asal Jepang kelahiran 1989 yang dikenal karena caranya bekerja di luar kebiasaan. Ia tidak menggunakan cat atau kuas, melainkan cahaya dan waktu. Dalam seri Light and Shadow Inside Me (2021 – 2022), Kangawa melipat lembaran kertas, menjemurnya, dan membiarkan cahaya bereaksi terhadap permukaannya. Bagian yang terkena sinar perlahan memudar, sementara bagian yang terlindung tetap gelap. Setelah lipatan itu dibuka, terbentuk gradasi alami, lukisan yang dibuat tanpa goresan tangan, hanya oleh proses alam yang sabar.

Gagasan ini lahir dari hal kecil. Suatu hari, Kangawa melihat kotak karton di dekat jendela studionya berubah warna karena matahari. Dari kejadian sederhana itu, ia menemukan cara baru memandang melukis: bukan tentang menciptakan bentuk, tetapi tentang membiarkan bentuk muncul dengan sendirinya. Dalam versi lanjutannya, ia membuat fotogram monokrom di kamar gelap, menggunakan kertas foto dan cahaya buatan untuk menghasilkan gambar tanpa tinta sama sekali. Semua karyanya bersumber dari satu ide sederhana, bahwa keindahan bisa lahir dari interaksi antara cahaya, bayangan, dan waktu.

Dari Cahaya ke Kain

Pendekatan unik Kangawa menarik perhatian A-POC ABLE ISSEY MIYAKE, rumah mode asal Jepang yang dikenal karena riset material dan inovasi tekstilnya. Di bawah desainer Yoshiyuki Miyamae, A-POC dikenal sebagai laboratorium busana yang berangkat dari filosofi Issey Miyake: teknologi dan kemanusiaan harus berjalan berdampingan. Miyamae pertama kali melihat pameran Kangawa di Museum of Contemporary Art Tokyo pada 2021, dan sejak itu keduanya menjalin dialog kreatif selama tiga tahun.

Hasil kolaborasi mereka adalah kain hitam-putih yang seluruh gradasinya dihasilkan dari kerapatan tenunan benang, bukan dari pewarna. Sama seperti karya Kangawa di atas kertas, kain ini “dilukis” tanpa tinta, hanya dengan struktur, cahaya, dan waktu. Koleksi ini diberi nama sama: Light and Shadow Inside Me. Kolaborasi tersebut akan dipresentasikan di Art Basel Paris pada Oktober 2025, ajang seni internasional yang mempertemukan seniman, desainer, dan pemikir dari berbagai disiplin.

Bagi Kangawa, pameran ini bukan soal pencapaian, tapi kesempatan untuk memperlihatkan bahwa seni dan mode bisa berbagi bahasa yang sama. Bagi Miyamae, proyek ini adalah cara mengembalikan semangat awal Issey Miyake, bahwa desain tidak hanya tentang pakaian, tetapi juga tentang cara memahami manusia.

Menuju Bali

Setelah Paris, karya Light and Shadow Inside Me akan menetap di Eugene Museum, yang sedang dibangun di Tabanan, Bali. Museum ini dirancang oleh arsitek Andra Matin dan dijadwalkan dibuka pada musim panas 2026. Terletak di tengah lanskap sawah yang termasuk kawasan Warisan Dunia UNESCO, museum ini memadukan arsitektur tropis dan material lokal seperti bata terakota buatan tangan. Dengan 15 ruang galeri dan program akomodasi semalam, pengunjung dapat mengalami karya Kangawa seiring berubahnya cahaya hari, sejalan dengan prinsip karyanya yang lahir dari waktu dan alam.

Eugene Museum bukan sekadar tempat menyimpan karya, melainkan ruang hidup bagi cahaya dan ketenangan. Kangawa ingin pengunjung tidak hanya “melihat seni”, tetapi mengalami prosesnya: bagaimana karya berubah seiring perubahan cahaya, bagaimana waktu bekerja diam-diam di dinding dan permukaan. Dari Tokyo ke Paris hingga Bali, perjalanan Light and Shadow Inside Me menjadi refleksi tentang eksistensi, kesabaran, dan cara baru memandang hubungan antara manusia dan alam.

Ikuti Kami :

Scroll to Top