Bisikan Terumbu: Ketika Karya Seni Menyatu dengan Laut

Pada 4 Juli 2025 lalu, panggung ARTJOG 2025 menjadi saksi bagi tayangnya perdana film dokumenter Bisikan Terumbu, sebuah karya visual berdurasi 25 menit yang mendokumentasikan perjalanan seni Teguh Ostenrik dalam menciptakan instalasi bawah laut ARTificial Reef. Disutradarai oleh Arfan Sabran, film ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh kesadaran kita tentang peran seni dalam pelestarian lingkungan.

Seni yang Tidak Lagi Hanya Tergantung di Dinding

ARTificial Reef bukan sekadar proyek seni. Ia adalah rumah bagi biota laut. Terdiri dari 12 instalasi patung bawah laut yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, karya ini diciptakan untuk mempercepat pertumbuhan terumbu karang dan memulihkan ekosistem bawah laut. Salah satunya, Domus Frosiquilo, sempat dipamerkan di ARTJOG 2019 dan kini telah tenggelam di perairan Ternate, menjalankan fungsi ekologisnya.

Saat saya melihat padang pasir di dasar laut tempat seharusnya terumbu karang hidup, saya merasa seperti kehilangan bagian dari diri saya sendiri. Saya sadar, seni yang saya buat tidak bisa hanya menggantung di dinding. Sebuah karya itu harus menyatu dengan kehidupan, memberi manfaat bagi alam dan masyarakat,” ujar Teguh Ostenrik dalam film tersebut.

Pengalaman Teguh saat menyelam di Lombok tahun 2014 menjadi titik balik yang melahirkan ARTificial Reef. Dari keresahan lahir tindakan, dari tindakan lahir karya, dari karya lahir ekosistem.

Film sebagai Amalan

Arfan Sabran, yang sebelumnya dikenal lewat karya dokumenter seperti Suster Apung dan ININNAWA – An Island Calling, menghadirkan pendekatan visual dan naratif yang menyatu secara emosional dan spiritual. Ia tidak hanya merekam proses, tapi menyampaikan pesan.

Film ini bukan hanya tentang seni atau laut, tapi tentang bagaimana satu tindakan kecil yang jujur dan konsisten bisa menjadi amalan yang menyentuh banyak kehidupan. Teguh tidak hanya membuat patung; ia menciptakan ekosistem,” ungkap Arfan.

Film Bisikan Terumbu juga membuktikan kecanggihan teknologi visual Samsung Galaxy S25 Ultra, yang digunakan untuk merekam keindahan instalasi bawah laut terbaru Teguh di Bali Utara. Dengan perlengkapan bawah laut profesional dan fitur unggulan seperti Nightography dan Log Video, hasil gambar tetap sinematik meski dalam kondisi pencahayaan minim.

Kurma Amerta: Ekspresi Terbaru dari Laut

Instalasi terbaru bertajuk Kurma Amerta, berbentuk penyu dan terdiri dari 399 patung, kini menghuni perairan Bali Utara. Karya ini dirakit dari besi bekas dan suku cadang manufaktur, dan dapat diadopsi oleh individu atau institusi yang ingin berkontribusi pada pelestarian laut lewat seni.

Proyek ini hanya mungkin terwujud berkat dukungan dari kolektor, komunitas, dan korporasi yang percaya bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyentuh bumi dan kehidupan.

Untuk informasi lebih lanjut dan adopsi patung Kurma Amerta, kunjungi: www.artopologi.com


Tentang Teguh Ostenrik

Maestro kelahiran Jakarta tahun 1950 ini telah lebih dari 40 tahun berkarya di kancah seni rupa global. Ia dikenal dengan penggunaan material daur ulang, warna bumi, serta komitmennya pada keberlanjutan dan konservasi. Karyanya bisa ditemukan di banyak ruang publik, seperti:

  • “Pohon Hayati” di Istana Garuda, IKN
  • “Menembus Batas” di Kalijodo
  • “Si Jendol” di Wakatobi
  • “Laga Biak” di Pulau Rinca
  • “Domus” series dari ARTificial Reef yang telah mendapat rekor MURI

Tentang ARTificial Reef

Sebagai inisiatif seni lingkungan, ARTificial Reef telah dipasang di 12 lokasi berbeda seperti Wakatobi, Pulau Sepa, Bangka, dan Ternate. Instalasi ini dinamai dengan awalan “Domus” dari bahasa Latin yang berarti rumah, seperti Domus Sepiae (rumah cumi) atau Domus Anguillae (rumah belut). Masing-masing dirancang sebagai tempat berlindung dan tumbuh bagi biota laut.


Tentang Artopologi dan Yayasan Terumbu Rupa

Artopologi adalah platform seni yang memudahkan siapa pun memiliki karya seni asli bersertifikat, dan menjembatani seniman dengan pecinta seni.

Yayasan Terumbu Rupa, didirikan Teguh pada 2015, berfokus pada pelestarian laut melalui seni dan edukasi masyarakat.


Bersama-sama, mari kita jaga laut melalui seni dan melalui aksi.

#BisikanTerumbu
#ARTificialReef
#ARTJOG2025

Ikuti Kami :

Scroll to Top