Lebaran Seni: Musim Berkah bagi Jiwa dan Imajinasi di Jogja

Setiap pertengahan tahun, Yogyakarta menjelma menjadi ruang perayaan: bukan sekadar perayaan seni, tapi juga perayaan kebersamaan, pertemuan, dan perenungan. Di bulan Juni hingga Agustus, kota ini seperti menyambut lebaran seni, momen saat insan seni dari berbagai penjuru berkumpul, menikmati, berdialog, dan merayakan karya-karya yang tumbuh dari tanah, tradisi, dan gejolak zaman.

Lebaran seni bukan istilah resmi, tapi begitu pas menggambarkan atmosfer yang hadir. Ada rasa “mudik” batin bagi para seniman dan penikmat seni. Ada kehangatan reuni yang tak selalu formal, tapi terasa dalam senyap: saat melangkah masuk ke ruang pameran, saat bertemu wajah-wajah akrab di tengah karya-karya baru, saat berbincang tentang makna, bukan hanya medium.

ARTJOG 2025 – Exhibition View – Bunga Yuridespita & Matthew Oaten

Puluhan Pameran, Ribuan Cerita

Tahun ini, Juni 2025, puluhan pameran seni hadir di Jogja. Mulai dari yang bertaraf internasional seperti ARTJOG, hingga pameran-pameran kolektif di ruang alternatif yang menyisipkan suara-suara muda. Setiap ruang pamer seperti rumah terbuka, tempat siapa pun bisa datang, menyerap, dan membawa pulang sesuatu: entah itu inspirasi, kegelisahan baru, atau sekadar perasaan hangat karena tak merasa sendiri.

Jogja memang punya tradisi seni yang panjang, tapi lebih dari itu: kota ini tahu cara menjadikan seni sebagai peristiwa hidup, bukan hanya tontonan. Setiap instalasi, setiap lukisan, bahkan setiap pertemuan kecil di sudut galeri, terasa punya napas. Seolah karya-karya itu hidup bukan hanya dari tangan seniman, tapi juga dari interaksi kita dengannya.

Merayakan, Menyerap, Merenung

Seperti halnya Lebaran, momen ini juga soal menyisihkan waktu. Di tengah kesibukan dan dunia yang makin cepat, musim seni ini mengajak kita memperlambat langkah. Duduk di depan karya, memaknai. Masuk ke ruang pamer, membiarkan diri tersesat. Bertemu orang-orang baru, tanpa perlu alasan lain selain kesamaan rasa ingin tahu.

Banyak yang bilang: seni tak memberi jawaban, tapi membuka ruang pertanyaan. Dan barangkali, itulah berkah sesungguhnya dari lebaran seni: ruang untuk kembali bertanya—tentang siapa kita, ke mana arah kita, dan bagaimana kita bisa hadir lebih penuh di dunia ini.

Guru Giri – Pameran tunggal @putu_sutawijaya di Sangkring Art Space

Ngumpul, Sejenak Mengisi Ulang

Tak sedikit pula yang datang ke Jogja di pertengahan tahun ini hanya untuk “ngumpul”. Entah itu bareng teman seniman, kolega lama, atau komunitas baru yang dikenalkan lewat workshop dan diskusi. Semuanya menjadi bagian dari musim perayaan ini. Seperti silaturahmi, tapi lewat bahasa rupa.

Di antara lantunan gamelan dari ruang pamer, bau cat yang belum kering, dan obrolan hangat di warung kopi dekat galeri, kita menemukan kembali alasan mengapa seni tetap penting. Ia bukan hanya tentang karya, tapi tentang ruang yang ia buka: ruang untuk tumbuh, bersama.


Selamat datang di musim berkah! lebaran seni di Jogja.

Isi ulang jiwa, temukan inspirasi, dan rayakan pertemuan. Karena dalam dunia yang sering terasa bising, seni memberi kita momen sunyi yang penuh makna. Cek beberapa rekomendasi pameran dari kami melalui instagram @artopologi

Ikuti Kami :

Scroll to Top