Merangkai Kerentanan Menjadi Kemungkinan: Pameran Tunggal Ajiba di Galerikertas Studiohanafi

Memasuki paruh kedua 2025, Galerikertas Studiohanafi kembali menghadirkan rangkaian program seni yang patut dinantikan. Kali ini, panggung diberikan kepada Ajiba, seniman muda lulusan Program Magister Seni Rupa ITB yang fokus pada teknik tekstil dan pengembangannya sebagai medium seni kontemporer.

Pameran tunggal perdananya bertajuk Merangkai Luang—Hingga Lapang menjadi kelanjutan eksplorasi Ajiba terhadap material kawat dan teknik tenun. Melalui karya-karya ini, ia mengajak kita merenungkan sifat manusia yang rentan—namun justru di balik kerentanan itu, tersimpan kemampuan untuk memungut kembali serpihan diri, menuturkan ulang kisah hidup, dan meredefinisi apa yang pernah terasa rumpang oleh waktu.

Bagi Ajiba, kerentanan bukan akhir, melainkan awal dari semesta kemungkinan.


Ruang, Material, dan Interaksi

Sama seperti pameran sebelumnya di Galerikertas, seperti Khôra: Di Antara dan WONG, proyek ini juga dikuratori oleh Rizki Asasi, kurator internal Galerikertas Studiohanafi. Namun, ada yang berbeda dari pameran kali ini.

Untuk menghadirkan pengalaman yang benar-benar immersif, desain interior, warna dinding, hingga pencahayaan Galerikertas disesuaikan khusus dengan instalasi Ajiba yang bersifat meruang dan taktil. Pengunjung tidak hanya diajak melihat karya seni, tetapi juga merasakan bagaimana karya itu hidup dan berdialog dengan ruang sekitarnya.


Jadwal dan Akses Pameran

Merangkai Luang—Hingga Lapang akan dibuka pada Sabtu, 9 Agustus 2025 pukul 16.00 WIB di Galerikertas Studiohanafi, Depok, dan berlangsung hingga 6 September 2025. Acara pembukaan akan dilengkapi dengan sesi diskusi bersama Rizki Asasi untuk memberi wawasan lebih dalam tentang proses kreatif Ajiba.

Pameran ini gratis dan terbuka untuk umum, dapat dikunjungi setiap hari (kecuali Senin) pukul 10.00–20.00 WIB.

📍 Informasi lebih lanjut tersedia di Instagram @galerikertas_art atau WhatsApp +62 895-3681-13456.


Ajiba mengajak kita menyelami ruang di antara rapuh dan pulih—menyadari bahwa justru dari patah, kita bisa merangkai ulang hidup menjadi lebih lapang.

Ikuti Kami :

Scroll to Top